Advertisement
Esofagitis eosinifilik tidak diidentifikasi sebagai penyakit sampai tahun 1990-an. Beberapa dekade kemudian, pengobatan mungkin telah ditemukan.
Sebuah studi baru dari Universitas Tulane telah mengidentifikasi pengobatan baru untuk penyakit sistem kekebalan kronis yang dapat mencegah anak-anak makan.
Baca Juga:
- Kecemasan Masa Kecil Memiliki Koneksi dengan Alergi Makanan
- Pengetahuan Baru: Hipertensi yang Resistan Terhadap Pengobatan
Esofagitis eosinofilik (EoE) dipicu oleh alergi makanan atau alergen di udara yang menyebabkan sejenis sel darah putih, eosinofil, menumpuk di lapisan kerongkongan. Hal ini menyebabkan kerongkongan memendek dan dinding kerongkongan menebal, sehingga sulit menelan dan menyebabkan makanan tersangkut di tenggorokan.
Prevalensi Penyakit dan Penyebab yang Baru Diidentifikasi
Penyakit ini terjadi pada sekitar 1 dari 2.000 orang dewasa tetapi lebih sering menyerang anak-anak (1 dari 1.500) di mana gejalanya lebih sulit didiagnosis dan menimbulkan risiko lebih besar karena kesulitan makan dapat menyebabkan kekurangan gizi, penurunan berat badan, dan pertumbuhan yang buruk.
Studi baru, yang diterbitkan 31 Juli di jurnal Nature's Communications Biology, menemukan bahwa penyakit ini disebabkan oleh Interleukin-18 (IL-18), sebuah protein yang terlibat dalam respon imun bawaan yang dapat menyebabkan peradangan jika diproduksi secara berlebihan.
Ketika alergen makanan memasuki tubuh, hal itu mengaktifkan jalur yang bertanggung jawab untuk mengatur sistem kekebalan tubuh bawaan. Sehingga menghasilkan pelepasan protein proinflamasi seperti IL-18. Kondisi ini menghasilkan eosinofil yang merusak kerongkongan.
Studi ini menemukan bahwa peneliti telah berhasil menghambat jalur ini, yang disebut jalur NLRP3, dan pelepasan IL-18 mencegah perkembangan EoE dari alergen makanan dan udara.
“Orang tua dan dokter mungkin tidak menyadarinya, tetapi ini adalah penyakit yang sangat menonjol dan serius pada populasi anak-anak, dan semakin meningkat jumlahnya karena berhubungan langsung dengan alergen makanan, yang juga meningkat,” kata pemimpin penulis studi tersebut, Dr. Anil Mishra, direktur Pusat Gangguan Eosinofilik di Fakultas Kedokteran Universitas Tulane. “Dalam penelitian ini, kami menunjukkan bahwa setelah mengobati penyakit pada hewan, penyakitnya hilang dan benar-benar sembuh.”
Studi tersebut mengidentifikasi satu obat yang ada, VX-765, penghambat yang dapat bekerja sebagai pengobatan untuk manusia. Yang penting, penghambat ini hanya akan menguras eosinofil patogen yang dihasilkan dan diubah oleh IL-18 serta tidak memengaruhi sel darah putih yang dibuat oleh IL-5, protein yang penting untuk mempertahankan kekebalan bawaan.
Mishra mengatakan uji klinis akan menjadi langkah selanjutnya untuk menentukan efektivitas pengobatan.
Semoga uji klinis obat tersebut segera dilakukan dan hasilnya baik
BalasHapusAamiin
Hapus